Selasa, 21 Februari 2017

TUGAS TERSTRUKTUR TATAP MUKA KE-2 DAN KE-3


                                   

                                                                                   


TUGAS TERSTRUKTUR TATAP MUKA KE-2 DAN KE-3

                                                                                       

   1. Menurut cognitive theory of multimedia learning bahwa ada tiga asumsi utama yang dijadikan acuan dalam merancang suatu multimedia pembelajaran, jelaskan ketiga asumsi tersebut dengan memberikan cnroh masing-masing media yang relevan untuk pembelajaran kimia!
Jawab:
Terdapat tiga asumsi pada cognitive theory of multimedia learning, diantaranya adalah sebagai berikut:
             Asumsi pertama: asumsisaluran-ganda (dual-channel assumption) 
bahwa manusia memiliki sistem pengolahan untuk bahan pendengaran dan sistem lain untuk bahan visual. Presentasi multimedia menggunakan kedua sistem, memanfaatkan potensi belajar penuh seseorang. Atau dapat pula diartikan bahwa menyatakan bahwa manusia menggunakan kanal pemrosesan informasi terpisah yakni untuk informasi yang disajikan secara visual dan informasi yang disajikan secara auditif. Pemrosesan informasi terjadi dalam tiga tahap. Pertama, informasi memasuki sistem pemrosesan informasi baik melalui kanal visual maupun melalui kanal auditif. Kedua, informasi-informasi ini kemudian diproses secara terpisah tetapi bersamaan di dalam memori kerja (working memory), di mana isyarat tutur (speech) yang bersifat auditif maupun gambar (termasuk di dalamnya video) dipilih dan ditata. Kemudian, tahap ketiga, informasi dari kedua  kanal tersebut disatukan dan dikaitkan dengan informasi lain yang telah tersimpan di dalam memori jangka panjang. Tahap ketiga inilah yang bertanggungjawab mengenai bagaimana informasi yang sama bisa diinterpretasi secara berbeda oleh masing-masing pembelajar. Penyebabnya adalah pengalaman belajar yang dimiliki oleh masing-masing pembelajar tidaklah sama. Contohnya; jika di dalam pembelajaran kimia diperlukan juga media pembelajaran yang berbasis video yang mencakup pendengaran dan visual sebagai penunjang pembelajaran, misalnya pada pembelajaran teori jenis- jenis ikat kimia yang akan lebih mudah dimengerti oleh peserta didik bila di peragakan langsung dengan video yang menggambarkan jenis ikatan kimia sehingga pembelajaran kimia lebih menarik.

Asumsi kedua:
Kapasitas-terbatas (limited-capacity)
Menyatakan bahwa saluran ini memiliki kapasitas terbatas. Karena keterbatasan ini, keputusan perlu dibuat "tentang apa yang potongan informasi yang masuk untuk memperhatikan" (Mayer, 2001, hal.50). Atau dapat pula diartikan bahwa adanya keterbatasan kemampuan manusia memproses informasi dalam setiap kanal pada satu waktu. Dalam satu sesi presentasi, audiens hanya bisa menyimpan beberapa informasi visual (gambar, video, diagram, dsb) dan beberapa informasi tutur (auditif). Asumsi inilah yang mendasari riset dan teori yang disebut teori beban kognitif (cognitive load theory). Meskipun beban maksimal tiap individu bervariasi, beberapa penelitian menunjukkan bahawa rata-rata manusia hanya mampu menyimpan 5-7 ‘potongan’ informasi saja pada satu saat. Misalnya pada pembelajaran kimia setiap meteri disampaikan secara sistematis dan saling berkaitan, misalnya pada pembelajaran reaksi reduksi dan oksidasi tidak akan disampaikan terlebih dahulu jika pendidik belum menyampaikan materi tentang biloks. Dan contoh lain pada perkuliahan mahasiswa belum bisa belajar kimia organic jika belum belajar kimia dasar.

Asumsi ketiga: Asumsi Pemrosesan aktif (active-processing)
 Menyatakan bahwa belajar aktif melibatkan memilih, mengorganisir, dan mengintegrasikan materi yang relevan dengan pengetahuan yang ada. Suatu materi dipilih untuk suatu tipe kelas tertentu dan pertanyaan yang di lemparkan ke siswa yang cerdas dan biasa saja di bedakan. Begitu juga penjelasan individual yang diberikan. Atau dapat pula diartikan manusia secara aktif melakukan pemprosesan kognitif untuk mengkonstruksi gambaran mental dari pengalaman-pengalamannya. Manusia tidak seperti perekam yang secara pasif merekam informasi melainkan secara terus-menerus memilih, menata, dan mengintegrasikan informasi dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Hasilnya adalah terciptanya model mental dari informasi yang tersajikan. Ada tiga proses utama untuk pembelajaran secara aktif ini, yakni: pemilihan bahan atau materi yang relevan, penataan materi-materi terpilih, dan pengintegrasian materi-materi tersebut ke dalam struktur pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Proses ini terjadi di dalam memori kerja yang terbatas kapasitasnya. Pendeknya, manusia adalah prosesor aktif yang menalar dan memasuk akalkan setiap informasi yang ada. Manusia bukan prosesor pasif yang hanya menerima merekam sesuatu dan menyimpannya di memori dan dapat diputar olah kapan saja.

Model belajar ini mengasumsikan manusia memiliki dua kanal menuju memori kerja. Satu kanal berasal dari indera pendengaran dan kanal yang lain berasal dari indera penglihatan. Bahan ajar multimedia mungkin berisi gambar dan kata-kata (baik dalam bentuk tekstual maupun tuturan). Gambar dan narasi tekstual (printed word) masuk menuju sistem pemroses kognitif pembelajar melalui indera penglihatan, sedangkan narasi tuturan masuk melalui indera pendengaran. Pembelajar tidak menerima semua informasi yang disajikan melainkan memilih dan menyaring sesuai minat dan kepentingannya. Informasi-informasi yang terpilih lebih lanjut diproses dalam memori kerja pembelajar. Memori kerja ini memiliki keterbatasan dalam hal menyimpan dan memanipulasi informasi di setiap kanal. Dalam memori kerja ini, pembelajar secara mental mengorganisasikan gambar-gambar terpilih kedalam model piktorial dan beberapa tuturan ke dalam model verbal. Adapun kedua jenis informasi ini dipadukan dengan informasi yang telah dimiliki pembelajar dari memori jangka panjang yang merupakan gudang penyimpanan pengetahuan pembelajar. Memori kerja berfungsi bukan saja menyimpan sementara informasi tetapi juga berlaku sebagai mesin pengolah informasi. Kapasitas memori kerja sangat terbatas dan masa simpannya juga sangat singkat. Keterbatasan ini hanya berlaku untuk informasi yang sama sekali baru bagi penggunanya atau yang memerlukan pengolahan dengan cara berbeda dari informasi yang pernah diterimanya. Informasi yang telah dipelajari akan tersimpan dalam memori jangka panjang, tidak lagi memiliki keterbatasan baik dalam banyaknya maupun lamanya masa simpan informasi tersebut, ketika dibawa kembali ke memori kerja melalui proses pemanggilan kembali (recall/retrieval).
Contohnya dalam pembelajaran kimia adalah pada pembelajaran elektrokimia, dimana materi ini dapat disampaikan menggunakkan media power point yang ditampilkan dengan bantuan infokus. Pada materi pembelajaran ini terdapat gambar sel volta pada baterai atau pada aki (accu) yang dapat ditampilan beserta keterangann gambar yang dijadikan sebagai penjelasan secara verbal. Sehingga terjadi pemrosesan informasi peserta didik baik pda kanal nerbal maupun pada kanal visual. Selain itu juga, terjadi proses pengintegrasian yang terjadi apabila pembelajar membangun jalinan antara model verbal dan model visual. Pada penampilan gambar beserta keterangannya akan lebih baik jika pada power point yang digunakan hanya terdapat gambar ataupun keteranag yang relevan dan bersangakutan dengan materi yang ada. Kemudian materi elektrokimia disampaikan secara terurut dan jelas, yaitu dengan menyampaikan pengertianya terlebih dahulu kemudian reaski baik pada katoda dan anoda lalu dihubungkan pada penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu gambar dan teks yang disajikan tidak boleh ditampilkan secara berlebihan, karena adanya keterbatasan kapasitas dalam memproses informasi jika gambar atau teks yang disajikan terlalu berlebihan maka otak tidak dapat menyerap semua informasi untuk dapat disimpan kedalam memori jangka panjang.

2.    Jelaskan bagaimana teori dual coding dapat diadaptasi dalam menyiapkan suatu multimedia pembelajaran kimia!
Jawab:
Teori dual coding yang dikemukakan oleh Paivio (1986) menyatakan bahwa kognisi manusia menggunakan dua saluran pemrosesan informasi yaitu informasi verbal (logogens) berupa kata (lisan atau tertulis) dan informasi nonverbal (piktorial/imagens). Atau dapat pula diartikan bahwa informasi bisa diberi kode, disimpan, dan diperoleh kembali dari dua sistem yang berbeda secara fundamental, satu menyesuaikan dengan informasi verbal, yang lain menyesuaikan dengan image atau informasi visual.
   Dalam teori dual coding mengidentifikasi tiga cara pemrosesan informasi, diantaranya, yaitu:
1.    pengaktifan langsung representasi verbal atau piktorial,
2.    pengaktifan representasi verbal oleh piktorial atau sebaliknya
3.    pengaktifan secara bersama-sama representasi verbal dan pictorial
Teori dual coding yang dikemukakan oleh Paivio (1986) menyatakan bahwa kognisi manusia menggunakan dua saluran pemrosesan informasi yaitu informasi verbal (logogens) berupa kata (lisan atau tertulis) dan informasi nonverbal (piktorial/imagens). Atau dapat pula diartikan bahwa informasi bisa diberi kode, disimpan, dan diperoleh kembali dari dua sistem yang berbeda secara fundamental, satu menyesuaikan dengan informasi verbal, yang lain menyesuaikan dengan image atau informasi visual.
   Hal terpenting yang dinyatakan oleh teori muatan kognitif adalah sebuah gagasan bahwa kemampuan terbatas  memori kerja, visual maupun auditori, seharusnya menjadi pokok pikiran ketika  seseorang hendak mendesain atau menyiapkan sesuatu multimedia pembelajaran.
Paivio dan Bagget tahun 1989 dan Kozma tahun 1991, mengindikasikan bahwa dengan memilih perpaduan media yang tepat, kegiatan belajar dari seseorang dapat ditingkatkan. Sebagai contoh, informasi yang disampaikan dengan menggunakan kata-kata (verbal) dan ilustrasi yang relevan memiliki kecenderungan lebih mudah dipelajari dan dipahami dari pada informasi yang menggunakan teks saja, suara saja, perpaduan teks dan suara saja, atau ilustrasi saja.
Pada pembelajaran kimia pada pembelajaran mengenai atom akan lebih mudah dimengerti jika disajikan dalam bentuk power point yang didalamnya mencakup verbal dan visul, jika salah satu saja verbal ataupun visual atau suara saja atau ilustrasi saja maka pemahaman peserta didik tentang atom tidak sepenuhnya, dan dengan meningkatkan
Hasil pemahamann terhadap materi yang diajarkan akan lebih baik jika menggabungkan beberapa komponen tersebut.
Teori Dual Coding juga menyiratkan bahwa seseorang akan belajar lebih baik ketika media belajar yang digunakan merupakan perpaduan yang tepat dari channel verbal dan nonverbal (Najjar, 1995). Sejalan dengan pernyataan tersebut, peneliti berpendapat bahwa ketika media belajar yang digunakan merupakan gabungan dari beberapa media maka kedua channel pemrosesan informasi (verbal dan nonverbal) dimungkinkan untuk bekerja secara paralel atau bersama-sama, yang berdampak pada kemudahan informasi yang disampaikan terserap oleh pembelajar.

14 komentar:

  1. adakah kekurang dari penerapan teori dual coding?

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih atas pertanyaannya. menurut saya ada kelemahannya, salah satunya apabila teori dual coding yang diterapkan tidak memperhatikamn karakteristik belajar dari masing-masing peserta didik dalam suatu kelas sehingga guru memilih metode yang salah. jadi, seharusnya seorang guru harus memperhatikan karaktertiksiswanya terlebih dahulu sebelum penerapan teori dual coding.

      Hapus
  2. Adakah hubungan antara ketiga asumsi yang telah anda paparkan, jika ada jelaskan!

    BalasHapus
    Balasan
    1. meneurut saya sebenarnya tidak saling berhubungtan, namun dalam penerapannya dapat diterapkan dengan menggabungkan 2 asumsi atau lebih sesuai dengann kebutuhan pembelajaran. terima kasih

      Hapus
  3. bisakah anda menjelaskan perbedaan materi auditori dan materi visual? serta berikan contohnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. materi auditoria dalam bentuk audio yaitu denagan cara di dengarkan, sedangkan materi visual dalam bentuk yang dapat terlihat,contoh nya penyampaian materi dalam bentuk audia dengan mendengarkan dari sebuah alat perekam suara, jika materi visual contohnya penyampaian materi dalalm bentuk teks, seperti pada power point. terima kasih.

      Hapus
  4. assalamualaikum wr wb,saya ingin menambahkan sedikit mengenai jawaban nomor 2 seseorang memroses suatu informasi baru, dapat dinyatakan bahwa teori ini mendukung pendapat yang menyatakan seseorang belajar dengan cara menghubungkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (prior knowledge). Peneliti berpendapat bahwa seorang tenaga pemasaran yang memiliki masa kerja lebih lama juga memiliki prior knowledge yang lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang memiliki masa kerja lebih pendek, sehingga dapat diharapkan bahwa para tenaga pemasaran yang memiliki masa kerja lebih lama akan lebih mudah memahami informasi baru yang disampaikan.
    Teori Dual Coding juga menyiratkan bahwa seseorang akan belajar lebih baik ketika media belajar yang digunakan merupakan perpaduan yang tepat dari channel verbal dan nonverbal (Najjar, 1995). Sejalan dengan pernyataan tersebut, peneliti berpendapat bahwa ketika media belajar yang digunakan merupakan gabungan dari beberapa media maka kedua channel pemrosesan informasi (verbal dan nonverbal) dimungkinkan untuk bekerja secara paralel atau bersama-sama, yang berdampak pada kemudahan informasi yang disampaikan terserap oleh pembelajar.
    jadi dapat di simpulkan bahwa teori dual coding ini dapat di terapkan dalam pembelajaran kimia karena teori dual coding menggunakan channel verbal seperti teks dan suara, danchannel visual (nonverbal image) seperti diagram, gambar, dan animasi. dalam pembelajaran kimia terdapat cukup banyak materi yang dapat di pakai menggunakan teori dual coding ini, seperti materi asam basa dimana kita dapat menggunakan media lab virtual,sehingga lebih memudahkan peserta didik dalam memproses informasi yang kita sajikan

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih Dhea Aryesa karena telah menambahka jawaban dari Yasni oktriyani.

      Hapus
  5. assalamualaikum, saya ingin menambahkan sedikit jawaban nomor 2 Teori dual coding mengidentifikasi tiga cara pemrosesan informasi, yaitu:
    (a) pengaktifan langsung representasi verbal atau piktorial,
    (b) pengaktifan representasi verbal oleh piktorial atau sebaliknya
    (c) pengaktifan secara bersama-sama representasi verbal dan piktorial.
    Mayer (2003) mengintegrasikan teori dual coding ini ke dalam model SOI (Selecting Organizing Integrating) dalam pemrosesan informasi. Hal terpenting yang dinyatakan oleh teori muatan kognitif adalah sebuah gagasan bahwa kemampuan terbatas memori kerja, visual maupun auditori, seharusnya menjadi pokok pikiran ketika seseorang hendak mendesain atau menyiapkan sesuatu multimedia pembelajaran.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih Novani Kurniaty karena telah menambahkan jawaban dari pertanyaan darii Yasni oktriyani.

      Hapus
  6. Teori dual-coding menyatakan bahwa informasi bisa diberi kode, disimpan, dan diperoleh kembali dari dua sistem yang berbeda secara fundamental, satu menyesuaikan dengan informasi verbal, yang lain menyesuaikan dengan image atau informasi visual. Presentasi-presentasi dual-mode bisa memperluas kapasitas memori kerja jika satu bagian dari instruksinya (misalnya, penjelasan-penjelasan tekstual) dihadirkan dalam bentuk auditory dan yang lain (misalnya, diagram) dalam bentuk visual, desain pesan seperti ini dapatmeningkatkan jumlah informasi yang bisa diproses tanpa muatan kognitif yang berlebih. Pebelajar sebagai penerima informasi mengintegrasikan kata-kata dan gambar secara lebih mudah saat kata-kata dihadirkan secara auditori daripada secara visual karena menggunakan prosesor-prosesor auditori dan visual dalam memori kerja secara efektif menghilangkan muatan kognitif yang berlebihan dari saluran visual.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih Nurussalamia karena telah menambahkan jawaban untuk pertanyaan Yasni Oktriyani.

      Hapus
  7. assalamualaikum wr wb,saya ingin menambahkan sedikit mengenai jawaban nomor 2 seseorang memroses suatu informasi baru, dapat dinyatakan bahwa teori ini mendukung pendapat yang menyatakan seseorang belajar dengan cara menghubungkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (prior knowledge). Peneliti berpendapat bahwa seorang tenaga pemasaran yang memiliki masa kerja lebih lama juga memiliki prior knowledge yang lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang memiliki masa kerja lebih pendek, sehingga dapat diharapkan bahwa para tenaga pemasaran yang memiliki masa kerja lebih lama akan lebih mudah memahami informasi baru yang disampaikan.
    Teori Dual Coding juga menyiratkan bahwa seseorang akan belajar lebih baik ketika media belajar yang digunakan merupakan perpaduan yang tepat dari channel verbal dan nonverbal (Najjar, 1995). Sejalan dengan pernyataan tersebut, peneliti berpendapat bahwa ketika media belajar yang digunakan merupakan gabungan dari beberapa media maka kedua channel pemrosesan informasi (verbal dan nonverbal) dimungkinkan untuk bekerja secara paralel atau bersama-sama, yang berdampak pada kemudahan informasi yang disampaikan terserap oleh pembelajar.
    jadi dapat di simpulkan bahwa teori dual coding ini dapat di terapkan dalam pembelajaran kimia karena teori dual coding menggunakan channel verbal seperti teks dan suara, danchannel visual (nonverbal image) seperti diagram, gambar, dan animasi. dalam pembelajaran kimia terdapat cukup banyak materi yang dapat di pakai menggunakan teori dual coding ini, seperti materi asam basa dimana kita dapat menggunakan media lab virtual,sehingga lebih memudahkan peserta didik dalam memproses informasi yang kita sajikan

    BalasHapus
    Balasan
    1. walaikumsalam wr. wb. terima kasih Agustinigsih karena telah menambahkan jawaban untuk pertanyaan dari yasni oktriyani.

      Hapus